Rabu, 06 Juli 2011

Radar Hati

Bertanya kepada awan...
Bagaimana kabar hati..
Awan menjawab tubuh dan jiwamu lebih mengerti...
Bagaimana mungkin aku bisa mengerti...
Dengan isyarat-isyarat radar hati..
Ketika jantungmu berdebar seperti mati...
Ketika panas tubuhmu meningkat tinggi..
Sedang kamu dalam lumpur diri..
Sedang kamu dalam nista diri..
Sedang kamu telah lupa diri..
Itulah isyarat hati Ilahi..
Agar kamu selalu mengerti..

Senin, 04 Juli 2011

Mencari Cahaya Cinta

Meniti masa yang makin senja...
Namun titian masa makin ternoda...
Menanti asa yang tak kunjung tiba...
Gelap nian penuh bahaya...
Mencari cahya tak tahu dimana..
Bergelimang rasa yang tak terkira...
Panas dingin pun tak terasa..
Hitam putih pun terasa buta..


Cahaya-cahaya cinta...
Segeralah datangkan asa..
Agar hati tak lg ternoda..
Agar jiwa tak lagi tersiksa...
Dalam gelap gulita asmara...

Mengejar Waktu

Mengejar waktu dengan kata...
Tidak akan bisa terkejar tanpa kerja nyata..
Hidup akan terasa hampa...
Tanpa waktu yang tersisa..
Satu langkah pertama...
adalah masa sukses di langkah yang tersisa...

Jumat, 01 Juli 2011

Purnama Hati

Purnama hilang ...
Cahaya berganti...
Habislah terang ...
Gelap pun menanti...
Ibarat kelam kelabu dalam hati...
Terkadang hitam ..
Terkadang putih....
Terkdang riang ...
Terkadang sedih....
Bagai air didaun talas...
Terkadang malas ...
Terkadang penuh kerja keras....

Mentari Bersinar Kembali

Menatap mentari ..
Seakan semua bersinar kembali...
Setelah sekian lama tenggelam dalam mimpi..
Hati riang tak trperi..
Menengok kawan berseri kmbali..
Berani hidup tak takut mati...
Takut mati jangan hidup..
Takut hidup lebih baik mati..
Hidup untuk semua hati!..
Biarkan ia berteriak tinggi...
Biarkan dia menggapai mimpi..
Untuk disulam dengan tinta emas murni..
Hingga akhir hayat ini...

Merdeka Tanpa Cinta (Saduran)

Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta...
bagai berada dalam neraka....
kau pun tak tau aku penuh luka.....
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.....
melihat wajahmu seakan penuh bara...
ketika ku sepi dalam rindu dan sendiri...
aku bagai tungku tak berapi....

Pengembara Hina


Konsep Pohon Semesta dalam Pemikiran Kosmologi Ibnu Arabi

A. Pendahuluan
Berbicara mengenai penciptaan alam tidak akan pernah selesai. Hal ini merupakan kewajaran karena kemampuan akal manusia yang terbatas. Sebenarnya, manusia sudah mulai mempelajari asal-usul alam raya sejak 4,200 tahun yang lalu, atau kira-kira 2,200 tahun sebelum dimulainya tahun Masehi. Sejumlah pakar astronomi pada masa itu mencatat hasil observasi mereka di berbagai tempat yang berbeda, seperti di Cina, India, Mesir, Italia dan Yunani. Dan sekitar tahun 350 sebelum Masehi, ahli astronomi dan filsafat Yunani terkenal, Aristoteles menulis buku yang mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam raya yang berbentuk bola raksasa.
Begitu pula halnya dalam dunia tasawuf penciptaan alam merupakan salah satu hal yang sering dibahas. Seperti dalam pandangan-pandangan Ibnu `Arabi tentang alam semesta yang penjelasannya penuh dengan visi mistik dan visi rasionil. Mengenai Ibnu ‘Arabi, ia dikenal luas sebagai ulama besar yang banyak pengaruhnya dalam percaturan intelektualisme Islam. Ia memiliki sisi kehidupan unik, filsuf besar, ahli tafsir paling teosofik, dan imam para filsuf sufi setelah Hujjatul Islam al-Ghazali. Lahir pada 17 Ramadhan 560 H/29 Juli 1165 M, di Kota Marsia, ibukota Andalusia Timur (kini Spanyol), Ibnu ‘Araby bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abdullah bin Hatim. Ia biasa dipanggil dengan nama Abu Bakr, Abu Muhammad dan Abu Abdullah. Namun gelarnya yang terkenal adalah Ibnu ‘Araby Muhyiddin, dan al-Hatamy. Ia juga mendapat gelar sebagai Syeikhul Akbar, dan Sang Kibritul Ahmar. Mengenai penciptaan alam semesta, Ibn' Arabi dengan berkonsepsi pada paham wahdat al wujud sebagai dasar pijakan dalam tema kosmologinya. Semua itu tertuang dalam beberapa karyanya seperti; "Futuhat Makkiyah", "Hakekat Muhammadiyyah" dan juga dalam bukunya "Syajarotul Kaun". Khusus pada "Syajarotul Kaun" ini Ibnu Arabi secara panjang lebar menguraikan pemikiran kosmologinya. Untuk itu, tulisan ini berusaha untuk menguak beberapa pemikiran-pemikiran terutama konsep Kosmologi Ibnu Arabi dalam buku tersebut.
B. Biografi Ibnu Arabi
Ibnu Arabi bernama asli Abu Bakar Muhammad bin Ali. Ia berasal dari Kabilah Hatimi at-Ta'I dan sebagai dengan gelar Syaikh al Akbar, Muhyidin, Ibnu Aflatun namun lebih dikenal dengan Ibnu Arabi (Abdalla 1985: 11-12). Ibnu Arabi dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1165 di Moorish (Andalusia, Spanyol), kemudian dibesarkan di Seville, Cordoba dan Granada. Ia tumbuh besar di tengah-tengah keluarga sufi, ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras menentang hawa nafsu dan materialisme, menyandarkan kehidupannya kepada Tuhan. Sikap demikian kelak ditanamkan kuat pada anak-anaknya, tak terkecuali Ibnu ‘Arabi. Sementara ibunya bernama Nurul Anshariyah. Seperti yang telah disebutkan diatas, pada 568 H keluarganya pindah dari Moorish ke Sevilla. Perpindahan inilah menjadi awal sejarah yang mengubah kehidupan intelektualisme Ibnu Arabi kelak; terjadi transformasi pengetahuan dan kepribadian Ibnu Arabi. Kepribadian sufi, intelektualisme filosofis, fiqh dan sastra. Karena itu, tidak heran jika ia kemudian dikenal bukan saja sebagai ahli dan pakar ilmu-ilmu Islam, bahkan juga ahli dalam bidang astrologi dan kosmologi.
Pada 596 H/1201 M, Ibnu Arabi mengunjungi negeri Timur dan menetap di Kairo, lalu pindah ke Makkah dua tahun kemudian. Dia berkunjung ke Baghdad, Yerussalem, dan Damaskus, dimana ia dimakamkan disana pada 636H/1240M (Al-Faruqi 1986: 333). Menurut riwayat, Ibnu Arabi menulis banyak karya, diantaranya: Al-Futuhat Al-Makkiyah, Fushushul Hikam, Turjumanul Asywaq, Syajarotul Kawn dan beberapa karya lainnya.
C. Konsep Pohon Semesta dalam Pemikiran Kosmologi Ibnu Arabi
Secara etimologi, kosmologi atau kerap kali disebut Philosophy of Nature (Filsafat Alam Semesta) berasal dari bahasa Yunani kosmos dan logos. Kosmos artinya "susunan atau keteraturan"; dan logos artinya telaah atau studi. Istilah kosmos sering berlawanan dengan kata chaos yang artinya "keadaan kacau balau". Secara terminology, kosmologi berarti telaah atau kajian tentang struktur dan sifat alam yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional (Siswanto 2005: 1-2, 94). Biasanya terdapat dua istilah dalam pembahasan kosmologi yang sering disebut, yaitu istilah makrokosmos dan mikrokosmos. Makna yang dimksud dua istilah ini tidaklah sama dengan seperti yang dimaknai oleh tradisi pemikiran Jawa, "jagad gedhe" (makrokosmos, alam semesta) dan ”jagad cilik" (mikrokosmos, manusia). Makrokosmos adalah alam semesta dengan bintang dan planet-planetnya (Siswanto 2005: 2).
Berpijak dari pengertian yang telah disebutkan diatas, konsep pemikiran Ibnu Arabi tentang alam semesta dipenuhi penjelasan dengan visi mistik dan visi rasionil. Sebagai seorang sufi yang agung Ibnu Arabi dikenal dengan sebutan Syakh al-Akbar dan dinisbatkan sebagai pencetus paham wihdat al-wujud. Dengan konsepsi paham wihdat al-wujud inilah Ibnu Arabi mendasari pemikiran kosmologinya yang oleh para pemikir muslim lainnya disebut dengan kosmologi sufi. Ibnu Arabi, mengungkapkan betapa keseluruhan sifat kosmos itu merupakan gema dari berbagai nama dan sifat Tuhan dan sesungguhnya hanya ada satu wujud, satu realitas, dan segala entitas yang ada (termasuk makhluk alam) hanyalah refleksi nama-nama dan sifat-sifat Tuhan di atas cermin noneksistensi (Syajarat al-Kaun: 3). Dasar landasan pemikiran ini berasal dari pemahaman Ibnu Arabi tentang penciptaan yang terdapat dalam firman Allah:
Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia. (QS. an-Nahl ayat: 40)
Menurutnya, dalam ayat diatas diterangkan bahwa perkataan Allah itu adalah perbuatan Allah sendiri dalam penciptaan alam semesta. Selain landasan dari ayat diatas, termasuk juga firman Allah yang berbunyi:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan tentang perkataan yang baik sebagai sebuah pohon yang baik, yang akarnya kokoh dan dahan-dahannya menjulang tinggi?"(Q.S. Ibrahim, 24)
Mengacu pada dasar landasan diatas, Ibnu Arabi berpendapat bahwa alam semesta dengan berbagai proses penciptaannya diibaratkan sebuah syajaroh (pohon). Pohon yang dimaksudkan adalah pohon yang cahaya kehidupannya datang dari sebuah benih yang pecah ketika Allah berkata kun! Benih dari huruf K dipupuk dengan huruf N dari nahnu (Kami), tercipta ketika Allah berfirman :
Kami lah yang telah menciptakanmu (Q.S Al-Waqi’ah,57)
Menurutnya lagi, dari gabungan dua benih ini tumbuh dua tunas yang berbeda sesuai dengan janji Allah :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fithrahnya (Q.S Al-Qamar, 49)

Ibnu Arabi menegaskan bahwa akar dari dari dua tunas ini hanyalah tunggal. Akar itu adalah iradah (kehendak Sang Pencipta), dan apa yang menumbuhkannya adalah qudrah (kekuasaan-Nya). Kemudian dari esensi huruf K dari kata ilahiah kun, lahirlah dua makna yang berlawanan (Syajarah al-Kaun: 2):
1. Kamaliyah (kesempurnaan), sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta Kupilihkan Islam sebagai agamamu. (Q.S. Al-Ma’idah,3)

2. Kufriyyah (keingkaran/kekufuran), sebagaimana firman Allah:
Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur (Q.S. Al-Baqarah, 253)
Demikian juga dari hakikat kata N berubah menjadi makna yang saling berlawanan dari nur al-ma’rifah (cahaya pengetahuan) dan nakirah (ketidak tahuan/kebodohan). Karena itu ketika Allah mengeluarkan suatu harta dari mahluk-Nya, itu memiliki makna dari ketiadaan menuju eksistensi (keberadaan), bersesuaian dengan keadaan dan bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya (kodratnya), Dia memancarkan cahaya ilahiah-Nya. Siapapun yang terkena cahaya itu dapat melihat Pohon Eksistensi yang tumbuh dari benih perintah ilahiah kun yang melingkupi seluruh alam semesta. Dan mereka yang tercerahkan ini mengetahui rahasia K dalam kata kuntum (kamu), sebagaimana firman Allah :
  •  ••        
Kamu sekalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan, yang menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan kamu beriman kepada Allah. (Q.S. Ali ‘Imran, 109)
Sehingga mereka dapat juga menembus makna tersembunyi dari kata terakhir N dari kun sebagai nur (cahaya), sebagaimana firman Allah:
          
Apakah dia yang hatinya telah Allah bukakan kepada Islam sehingga dia mengikuti cahaya dari Tuhan-nya (tidak lebih baik dari dia yang keras hatinya)? (Q.S Az-Zumar,22)
Dalam konsep ini, Ibnu Arabi menjelaskan ketika Allah memancarkan cahaya ilahiah pada mahluk-Nya, maka ia juga berkewajiban mengetahui makna tersembunyi dari huruf-huruf kata kun sebagaimana Allah mengucapkannya. Namun barangsiapa yang dirinya tetap ada dalam kegelapan akan gagal mengetahui kebenaran dan dalam benaknya memikirkan huruf K singkatan dari kufr, yang maknanya kegelapan dimana mereka berada didalamnya, maka kemudian matanya pun akan digelapkan dari segala sesuatunya. Setelah itu mereka pun membayangkan huruf N singkatan dari nakirah, yang berarti kebodohan, maka kemudian mereka menjadi putus asa, dan dalam keputusasaannya tidak dapat mempercayai Pencipta-nya. Sebagai ilustrasi dari konsep Pohon Eksistensi diatas, dapat dilihat dalam gambar berikut ini:



Dengan demikian banyak dari segala sesuatu yang diciptakan tergantung pada bagian pemahamannya atas misteri dua huruf tersebut, yang menjadi penyebab setiap eksistensi. Buktinya ada dalam kata-kata Rasulullah, yang bersabda :
إن الله خلق خلقه في ظلمة ثم رش عليهم من نوره فمن أصابه ذلك النور اهتدى، ومن أخطأه ذلك النور ضل وغوى
Sesungguhnya Allah menciptakan mahluk dalam alam kegelapan total, kemudian memancarkan cahaya ilahiah-Nya terhadapnya. Barangsiapa yang terterangi oleh cahaya tersebut akan tercerahkan dan terbimbing dengan baik. Dan barangsiapa tersembunyi dari cahaya tersebut dan tak tersentuh dengannya akan sesat dan rugi.(Ahmad bin Hanbal)
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam makalah ini, maka sangatlah jelas bahwa penciptaan alam semesta beserta isinya atau kosmos dalam teori Ibnu Arabi adalah konsep tajalli (teofani, penampakan) wujud Tuhan pada alam empiris yang serba ganda (K dan N, positif dan negatif). Konsep tajalli ini merupakan tiang filsafat Ibnu Arabi tentang wahdat al-wujud karena tajalli ditafsirkan dengan penciptaan, yaitu cara munculnya yang banyak dari Yang satu tanpa akibat, Yang satu itu menjadi banyak. Tuhan menciptakan kosmos agar dapat melihat diri-Nya dan memperlihatkan diri-Nya. Dia mengenal diri-Nya dan memperkenalkan diri-Nya melalui eksistensi kosmos. Ibnu Arabi banyak menggunakan istilah metaforis dalam mengungkapkan hubungan Tuhan dan kosmos, salah satunya adalah tentang cermin. Kosmos ini adalah cermin tempat Tuhan melihat diri-Nya. keingginan untuk melihat diri-Nya merupakan tujuan dan sebab penciptaan kosmos.
Kosmos merupakan wadah manifestasi (locus of manifestation) dari tajalli nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Sebagai wadah manifestasi Tuhan, kosmos dalam pemikiran Ibnu Arabi di istilahkan dengan Syajarat al-Kaun (Pohon Eksistensi). Namun, manusia yang diciptakan Tuhan menurut kesatuan nama-nama-Nya dengan kedua tangan-Nya menjadikan manusia sebagai khalifah dan pengemban amanah sejati alam serta seluruh isinya. Untuk manusia perlu mengerti perbedaan antara sifat-sifat:
1. Kamaliyah (kesempurnaan), sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta Kupilihkan Islam sebagai agamamu. (Q.S. Al-Ma’idah,3)
2. Kufriyyah (keingkaran/kekufuran), sebagaimana firman Allah
Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur (Q.S. Al-Baqarah, 253)
Diharapkan bisa mencapai tingkat al-ma'rifah (cahaya pengetahuan) dan mendapat petunjuk, sehingga menghindari nakirah (kebodohan dan keingkaran) dan tersesat dijalannya. Kemudian dapat menyaksikan eksistensi nur cahaya Tuhan dialam semesta ini dan pada akhirnya akan mencapai insan kamil (manusia yang sempurna). Wallahu a'lamu.
E. Daftar Pustaka

Abdallah, Riyadh. 1985, Syajarat al-Kaun limuallifihi asy-Syeikh al-Akbar Muhyiddin Ibni Arabi. Beirut: Bibliotheca Alexandria.
Addas, Claude. 2004. Mencari Belerang Merah; Kisah Hidup Ibnu Arabi. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Al-Faruqi, Ismail R., Lois Lamya al-Faruqi. 1986, Atlas Budaya Islam, Bandung: Penerbit Mizan.
Arabi, Muhyiidin Ibnu. Syajarat al-Kaun.
Siswanto, Joko. 2005, Orientasi Kosmologi, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--fathuladhi-4927.
http://ummahonline.wordpress.com/2008/04/27/ibn-%E2%80%98arabi-rambu-rambu-tuhan/
http://ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Paramedia/article/viewFile/ 187/172

Tentang cinta

Tentang cinta jangan engkau tanya...
ia hanya akan mendekam dalam asa..
tentang cinta jangan engkau pendam dalam jiwa...
ia hanya akan mengundang tanya...
cinta bukanlah kata-kata...
tapi wujud yang nyata...
terlukis dalam relung semesta...
cinta adalah kuasa-NYA,..
cinta adalah kehendak-NYA..
cinta adalah kata dan perbuatan-NYA ..
cinta adalah nyata...